Siapa coba yang lebih suka lihat infotainment dan acara tv ? pastinya udah bisa jawab semua dong. terus kalau ada acara atau ada berita yang rada menyimpang, pastinya mulut para penonton setia akan nyinyir dan bibirnya tambah monyong.
realitanya seperti itu adanya dan memang hal itulah yang menjadikan mudah sekali berbagai berita menyebar dan berkembang, hanya dari gosip dan katanya saja. dan yang menjadi aktor utama atas kesalahan dalam masyarakat adalah para ibu.
kok bisa ibu disalahkan ?
jawabnya simpel, separuh lebih dari manusia indonesia adalah wanita ( 57 % ) dan dari jumlah tersebut 3/4 nya adalah menyukai berita dan acara yang berbau gosip dan infotainment. dari wanita yang menyukai gosip ternyata 95 % mereka memiliki kebiasaan berkumpul mengobrol dengan kelompoknya minimal 4 kali dalam seminggu. dan tiap orang memiliki rata-rata 4 kelompok dengan anggota berbeda.
hitungan matematikanya seperti ini. misalkan wanita indonesia 150 juta orang dan yang suka gosip dan berkelompok adalah 95 juta orang. dan masing-masingnya memiliki 4 kelompok ngobrol. maka akan terjadi 380 juta kali obrolan. bisa dibayangkan bagaimana peran ibu-ibu sangat menentukan penyebaran kabar infotainment.
itu belum termasuk perbincangan di sosial media dan sms/bbm. yang pasti akan sangat mempengaruhi opini di masyarakat. padahal hal tersebut belum diketahui kebenaran dan kesalahannya.
jika ada gosip seorang kyai menikah lagi sehingga memiliki 2 - 3 istri. maka gosip yang beredar adalah berita miring dan super buruk. apa saja yang dilakukan kyai tersebut salah, pengajiannya jadi sepi. padahal hal yang dilakukan kyai tersebut sudah jelas tercantum dalam Al Qur'an.
harusnya para ibu tidak menjadikan gosip dan berita buruk. itu sama saja menjelekkan Al Qur'an dan menggugat kebenaran ayat-ayat NYA.
dilain sisi, jika ada presenter cowok yang kemayu dan kesannya kewanita-wanitaan. para ibu menanggapinya wajar dan menyambutnya dengan hangat, dianggapnya cowok tersebut adalah wanita juga. jikapun ternyata cowok itu menjadi presenter acara atau bermain di sebuah film/sinetron, kemudian terkuak berita bahwa cowok tersebut gay ( homo ). penontonnya tidak berpengaruh dan menganggap hal tersebut adalah wajar.
Yang namanya ibu itu punya beban tanggungjawab lebih besar daripada seorang ayah. karena harus membimbing moral dan wawasan lebih intens. seharusnya pengaruh dari luar keluarga dapat disaring dan dihalangi, bukannya malahan menjadi topik harian bergosip dengan tetangga dan teman-teman di berbagai lingkungan.
mari kita merenung.
seorang ibu memiliki anak laki-laki yang sudah besar tapi belum cukup dewasa ( tentunya masih labil dan mudah dimasuki doktrin dari luar ). kemudian dia menonton infotainment. yang satu mengenai berita kyai menikah lagi dan satunya presenter TV ternyata melambai. kira-kira mana yang lebih mudah ditiru oleh anak kita ?
jika jawabannya anak mudah meniru presenter melambai. itu artinya mulai hari ini, para ibu harus lebih membenci hal tersebut. mari kita ubah pola pikir kita, jangan sampai anak kita menjadi penyuka sejenis. bisa putus generasi penerus kebanggaan keluarga kita. siapa yang bakal mengenang dan mendoakan kita saat kita sudah tidak ada ?
jawabnya simpel, separuh lebih dari manusia indonesia adalah wanita ( 57 % ) dan dari jumlah tersebut 3/4 nya adalah menyukai berita dan acara yang berbau gosip dan infotainment. dari wanita yang menyukai gosip ternyata 95 % mereka memiliki kebiasaan berkumpul mengobrol dengan kelompoknya minimal 4 kali dalam seminggu. dan tiap orang memiliki rata-rata 4 kelompok dengan anggota berbeda.
hitungan matematikanya seperti ini. misalkan wanita indonesia 150 juta orang dan yang suka gosip dan berkelompok adalah 95 juta orang. dan masing-masingnya memiliki 4 kelompok ngobrol. maka akan terjadi 380 juta kali obrolan. bisa dibayangkan bagaimana peran ibu-ibu sangat menentukan penyebaran kabar infotainment.
itu belum termasuk perbincangan di sosial media dan sms/bbm. yang pasti akan sangat mempengaruhi opini di masyarakat. padahal hal tersebut belum diketahui kebenaran dan kesalahannya.
jika ada gosip seorang kyai menikah lagi sehingga memiliki 2 - 3 istri. maka gosip yang beredar adalah berita miring dan super buruk. apa saja yang dilakukan kyai tersebut salah, pengajiannya jadi sepi. padahal hal yang dilakukan kyai tersebut sudah jelas tercantum dalam Al Qur'an.
harusnya para ibu tidak menjadikan gosip dan berita buruk. itu sama saja menjelekkan Al Qur'an dan menggugat kebenaran ayat-ayat NYA.
dilain sisi, jika ada presenter cowok yang kemayu dan kesannya kewanita-wanitaan. para ibu menanggapinya wajar dan menyambutnya dengan hangat, dianggapnya cowok tersebut adalah wanita juga. jikapun ternyata cowok itu menjadi presenter acara atau bermain di sebuah film/sinetron, kemudian terkuak berita bahwa cowok tersebut gay ( homo ). penontonnya tidak berpengaruh dan menganggap hal tersebut adalah wajar.
Yang namanya ibu itu punya beban tanggungjawab lebih besar daripada seorang ayah. karena harus membimbing moral dan wawasan lebih intens. seharusnya pengaruh dari luar keluarga dapat disaring dan dihalangi, bukannya malahan menjadi topik harian bergosip dengan tetangga dan teman-teman di berbagai lingkungan.
mari kita merenung.
seorang ibu memiliki anak laki-laki yang sudah besar tapi belum cukup dewasa ( tentunya masih labil dan mudah dimasuki doktrin dari luar ). kemudian dia menonton infotainment. yang satu mengenai berita kyai menikah lagi dan satunya presenter TV ternyata melambai. kira-kira mana yang lebih mudah ditiru oleh anak kita ?
jika jawabannya anak mudah meniru presenter melambai. itu artinya mulai hari ini, para ibu harus lebih membenci hal tersebut. mari kita ubah pola pikir kita, jangan sampai anak kita menjadi penyuka sejenis. bisa putus generasi penerus kebanggaan keluarga kita. siapa yang bakal mengenang dan mendoakan kita saat kita sudah tidak ada ?