Apakah anda menyadari jika negara kita memiliki hutang sebanyak Rp 4.379.000.000.000.000 ( 4,38 bilyun ) yang artinya setiap orang yang hidup di negara ini memiliki beban hutang Rp 17,5 juta/orang dan itu termasuk bayi yang baru lahir. banyangkan saja bagaimana tingginya beban hutang negara kita yang memiliki jumlah penduduk 250 juta orang. Namun kita masih bersyukur karena besarnya hutang kita berbanding lurus dengan perputaran uang di indonesia yang mencapai Rp 10.545.000.000.000.000 ( 10,55 bilyun ) yang itu artinya beban hutang kita sekitar 41 % saja. Nilai tersebut masih tergolong kecil dibandingkan negara lain yang banyak kita kenal.
Untuk kondisi hutang negara tetangga kita tidaklah lebih baik, seperti singapura yang memiliki hutang sebesar Malaysia 250 %, Singapura 440 %, Thailand 200 %, Philipina 140 %, australia 108 %, vietnam 100 %. Jika melihat beban hutang yang harus ditanggung warga di negara tetangga kita, maka indonesia patut lega dan berbangga diri. namun, jangan pernah lupakan bahwa ada negara timor leste yang tidak punya hutang sama sekali. semua pendapatan ekspor di simpan dalam bentuk deposito pengaman ekspor, sehingga apabila minyak bumi, sawit dan kopi harganya sedang turun drastis. maka negara timor leste masih memiliki tabungan yang cukup untuk membiayai roda perekonomian negaranya. Indonesia patut mencontoh bekas provinsi kita ini.
Bagaimana dengan negara lainnya apakah rasio hutangnya juga besar ?
Amerika yang merupakan negara super ekonomi memiliki beban hutang 101 %, china 230 %, taiwan 140 %, jepang 225 %, italia 132 %, korea selatan 250 %, india 110 %. bisa dibayangkan berapa beban hutang yang ditanggung setiap warga negaranya. seperti negara yunani yang kolap dan nyaris bangkut memiliki rasio utang 175 % dengan pemicunya adalah melemahnya ekspor secara total. Sebenarnya sebelum terjadi krisis, yunani adalah negara yang kuat dan semua itu hancur karena salah manajemen pemerintahan yang memacu penurunan nilai ekspor sehingga membuat pemerintah yunani gagal bayar.
Sebenarnya indonesia dan semua negara bisa mengalami krisis seperti yunani jika pemerintah salah melangkah dan salah menentukan kebijakan pemerintahan. perbaikan ekonomi sangat terasa pada saat presiden SBY memimpin. dimana, rasio hutang yang semula sebesar 98,5 % pada tahun 2003 kemudian menurun drastis hingga dibawah 50 %. dengan sistem manajemen yang baik pemerintah berikutnya diharapkah dapat mempertahankan bahkan membuat prestasi lebih baik dari pemerintah sebelumnya. Agar hutang tersebut aman bagi negara, maka perlu adanya peningkatan pendapatan. yang paling penting adalah pendapatan atas ekspor komoditi dan produk buatan indonesia.
Untuk gambaran awannya seperti ini. saat kita punya hutang yang dicicil dari gaji yang diperoleh setiap bulannya dan setiap bulan beban hidup akan meningkat terus. maka diperlukan kenaikan gaji agar dapat mencukupi kebutuhan beban hidup dan beban cicilan bulanan. saat ini negara yunani bukannnya naik gaji, melainkan menurunnya gaji yang diperoleh sehingga tidak mampu lagi mencicil hutang dan beban hidup negara nya. berapapun IMF memberikan talangan untuk menutup beban hidup, hanya akan menaikan beban cicilan hutang. karena yang harus digenjot itu adalah pendapatan agar dapat mencicil utang kembali.
Bagaimana caranya agar cepat meningkat nilai ekspor kita ?
Perbaikan infrastruktur jalan dan pelabuhan menjadi fokus pemerintahan saat ini dan itu ditujukan untuk memudahkan para pengusaha untuk mengirimkan produk yang dihasilkan ke pelabuhan terdekat dengan biaya yang murah tentunya agar dapat bersaing di dunia internasional. maka jangan heran jika sering kita terjebak kemacetan karena sedang ada pembangunan akses jalan.
langkah berikutnya adalah mengurangi penjualan bahan baku mentah keluar negeri. jika mengharapkan uang cepat, menjual bahan mentah memang cara yang betul dan cepat. namun, dalam jangka panjang akan merusak sumber daya alam kita dan bisa di khawatirkan kita akan kehabisan SDA ( perikanan, kehutanan, pertambangan ) sehingga bisa berubah menjadi negara importir seperti yang kita alami saat itu dalam bisa pemenuhan kebutuhan BBM. Perlahan pemerintah harus berani melarang ekspor bahan mentah dan harus didirikan parbik pengolahan yang tentunya akan menarik banyak tenaga kerja yang akan secara langsung meningkatkan PDB negara kita.
Jadi, siapapun presidennya tidaklah penting. yang penting pemimpin kita harus berani fokus dan konsisten menjaga kedua program itu dengan baik. karena dalam 3 tahun akan sangat terasa hasilnya dan apabila dipertahannya hingga 10 tahun akan memberikan revolusi ekonomi yang luar biasa dan bisa jadi indonesia yang saat ini termasuk negara G20 akan menjadi kelompok elit negara G7. Hal ini bukan hal yang mustahil.